30 October 2006

Mudik....


23 Oktober 2006

Allahu akbar...
Allahu akbar...
Allahu akbar.......
la..illa ha illallah...hu Allahu Akbar......
Allahu akbar wa lillah ..ilham......

Puji syukur ....ke hadiratmu ya Allah.... akhirnya sampai juga di penghujung puasa. Setelah sebulan yang cukup melelahkan dan penuh akan cobaan dari yang kecil hingga yang lumayan.
Kenapa kubilang lumayan .... bukan apa apa sih ...selama aku masih bisa menahan diri..ya berarti memang belum seberapa ... :).

Satu hari menjelang lebaran versi Pemerintah, ups... versi pemerintah ?. Yak ...betul, lebaran kali ini memang diwarnai dengan perbedaan pendapat antara pemerintah dengan salah satu organisasi Islam yang ada. Memang sah sah saja, pendapat boleh beda tapi tujuan tetap satu dan bukan untuk diperdebatkan .... itulah yang membuat hidup ini jadi berwarna.

Persiapan lebaran kali ini cukup lengkap dan lagi-lagi aku yang kebagian bikin ketupat plus ngocok kue, emang susah kalo punya kemampuan langka ... :). Sebenernya sih aku nggak mau bantu Ling untuk bikin kue tapi ancamannya itulho yang nggak tahan. Terpaksa deh ... dengan Mixer ditangan kanan dan komik Vagabond (komik perjalanan Mushasi sampe jago pedang) yang baru aja aku pinjem dari Botak ditangan kiri. Huh....seandai nya mixer ini ada wadahnya aku nggak perlu capek megangin. Tapi memang lebaran tanpa kue bolu bikinan Ling serasa kurang sreg.

Hari itu kami (Aku, Ling dan Mama) membuat beberapa menu. Mama memang nggak ikutan lebaran, tapi beliau dengan gaya khasnya tetep bikinin kita sayur godog dengan semur daging yang bahannya dibeli Ling beberapa hari lalu. Meskipun sibuk di dapur tapi Ling tetap menyiapkan semua keperluan buat mudik hari itu. Kami memang selalu mudik pada malam takbiran atau satu hari menjelang lebaran.

Hari terakhir di bulan Ramadhan kali ini kami mengundang Romli dan Ida yang sedang menunggu kelahiran putra pertama mereka untuk buka puasa bareng. Dengan menu kelapa kopyor imitasi (Dibuat dari Agar agar dan kelapa muda enak juga sih ...) buatan Ling kami berbuka puasa. Sesuai dengan janjinya si Ida bawain kita 3 loyang puding agar agar, enak lho... tapi aku nyesel juga kenapa cuman 3 loyang yah....

Jam 9:10
Kenyang deh....... akhirnya bisa jalan mudik. Sesuai dengan rencana kami mampir dulu ke Cileduk untuk mencicipi masakan Mamak yang terkenal dengan Oseng tempenya. Dan sesampainya disana makanan sudah tersedia. Opor ayam tentu nggak ketinggalan dan yang paling enak adalah bolu pisang buatan si Heldut yang tentunya TOB abis!.

Sepanjang perjalanan tak hentinya gema takbir di hampir seluruh masjid yang kami lewati. Malam itu aku harus extra hati hati mengendarai si Katty. Kadang Ling sampai harus teriak bila ada pengemudi sepeda motor yang nyalip atau mengendarai sepeda motornya dengan ugal ugalan.

Bintaro sektor 9 bukan main ramainya malam itu, banyak orang dengan menumpang kendaraan sedan, bak terbuka, minibus dan lain lain sepertinya memang pusat keramaian di daerah Bintaro ada di situ. Dikiri kanan jalan banyak sekali orang dan para penjaja makanan. Untunglah petasan sudah di larang, kalau tidak apalah jadinya jalanan ini. Aku dan Ling menikmati sekali suasana itu hingga tidak terasa kami sudah di ujung jalan sebelum masuk Tol yang lengang karena ditinggalkan para penggunanya untuk mudik ke kampung halaman.

Aku pun memacu si Katty di lengangnya jalan Tol Serpong......

Ah...sedih rasanya bulan Ramadan yang penuh rahmat ini harus meninggalkan kita. Semoga masih akan ada gema takbir di tahun depan.

Me and Ling.



16 October 2006

Ternyata susah untuk bersabar...

Kantor 12 October 2006,

10:15AM
Tuuuuuuttt... terdengar suara dering lagu Sweat Dream dari HP ku siang itu .... terlihat seorang teman tertera di display...

"Mber...ntar loe bisakan ketemuan di Jakarta ?", tanya T diseberang telepon.

"Dalam rangka apa nih, tumben tiba tiba loe ngajakin gue ketemuan dan ama siapa aja ?", tanyaku lagi.

"Gue undang beberapa orang aja kok, untuk membahas tentang meeting yang lalu", Ujar T dengan serta menyebut nama beberapa teman yang sudah familiar ditelingaku.

"Dimana, tempatnya Man ?", tanyaku lagi.

"Loe tau Pizza Hut Pancoran, deket Gelael ?", Tanya si T lagi.

"Ooh..Di Jalan MT Haryono deket Gelael itu kan ?", Tanyaku lagi untuk meyakinkan apakah memang betul daerah situ.

"Betul, yang ada Starbuck nya itu, kalo dari arah Pancoran sebelah kiri jalan", katanya menjelaskan kepadaku.

"Oke jam berapa ?", tanyaku lagi.

"Biasa lah jam buka puasa, sekalian kita buka disono. Yk yang bakalan bayar",terangnya.

"Oke, nanti gue kesono deh ", jawabku.

"Ya udah sampe ketemu ya Mber", sambil menutup percakapan di telepon.

Terus terang, terselip sedikit keraguan dihatiku apakah aku akan ikut dalam pertemuan kali ini. Terus terang aja biasanya temanku yang satu ini agak susah hadir bila diundang. Dan sekarang malah ngundang, timbul pertannyaan di benakku. Tapi setelah kupikir... mungkin ada hal yang amat penting yang akan disampaikan.

16:30
Setelah berbagai urusan yang berhubungan dengan kerjaan selesai. Aku bergegas meninggalkan kantor menuju tempat parkir di belakang Benton Junction (Caffee di sepanjang bundaran Lippo Karawaci).

Kupacu jeepku kearah Jakarta masuk ke arah tol Kebun Jeruk menuju jakarta. Perjalanan tampaknya baik, sepanjang jalan Lippo Karawaci terlihat tidak begitu ramai. Semoga juga dengan di Tol Kebun jeruk pikirku setengah berdoa. Kubelokan Jeepku ke Rest Area di tol, untuk mengisi BBM karena kulihat diindikator sudah mulai menuju ke E.

17:15
Apa yang ku kuatirkan terjadi, terlihat didepan jalan di samping kator Kawan Lama atau sekitar 1km setelah jembatan tol puri indah antrian panjang menunggu. Waduh ...si Komo lewat nih, pikirku lagi. Disini aku masih bisa berpikir jernih, mungkin saja antriannya tidak begitu lama. Ini kan biasa, dan aku pun sudah sering menghadapi hal ini.


17:45
Masih terus tune in di gelombang FM 95.9, salah frekwensi Favorite ku setelah FM 99,1 masih menyiarkan lagu terbaiknya. 30 menit telah berlalu dan posisiku masih saja di Kebun Jeruk hanya sekitar 500m dari pintu keluar tol. Sabar pikirku, apalagi ini kan bulan Ramadhan. Kalau lancar lancar saja itu bukan Jakarta namanya.

Aku cek laci di dasboard, masih ada beberapa snack, crakers dan 1 kaleng minuman isotonik. Tapi kulihat masih ada 1/2 botol plastik Zestea (Teh hijau kemasan botol plastik) sisa beberapa hari yang lalu. Kupikir cukup lah untuk pembatal puasa waktu berbuka nanti.

17:52
Finally..... Terdengar suara Azan dari radio yang aku nyalakan. Dengan tersenyum sendiri...(iya lha ..kan nyetirnya sendiri kalo rame rame mobilnya nggak muat :) ), aku mencoba mengambil botol Zestea yang sudah stand by di hadapan ku. Dengan konsentrasi tetap kearah depan aku sedikit melirik kearah botol teh hijau tersebut. Agak aneh pikirku warna air yang ada di dalam botol tidak bening seperti biasanya. Ah mungkin hanya karena gelap pikirku.

Dengan tanpa kesulitan aku buka botolnya dan aku langsung tuang ke dalam mulut. Dan ...hoooeekk......benar rasanya sudah berubah seperti halnya teh basi. Bau langu yang keluar cukup membuatku kaget. Untunglah belum sempat tertelan. Ku buka jendela dan ku buang seluruh air yang ada dalam mulutku..... Fiiuhhh... untung untung...masih sempat. Akhirnya aku harus berbuka dengan tanpa minuman manis dan hanya ditemani dengan beberapa potong biskuit.

18:15
Tiiit...... SMS masuk ke HP ku, dari Yk "Aku sudah sampai di Pizza Hut pancoran", tertera di HP ku.

Kubalas "Ok, aku lagi pawai di Tomang", balasku sambil terus sibuk mengunyah crackers.

Sengaja hari itu aku tidak mengambil jalur Tol dalam kota langsung dari tol Kebun Jeruk untuk menyingkat waktu pikirku. Tapi entah lah, mungkin aku salah perkiraan rupanya. Lampu merah persimpangan Tomang lama sekali. Sedikit rasa sesal kenapa aku tadi tidak mencoba masuk di jalur tol. Tapi sudah lah, yang bisa aku lakukan sekarang adalah mengikuti antrian.

Sedikit lancar, setelah lampu merah Tomang. Aku berfikir, kalau aku lurus maka kawasan 3 in 1 pastilah jadi masalah. Akhirnya di Slipi aku kembali masuk ke dalam Tol dalam kota sepanjang Jl. Gatot Subroto.

18:30
Tiiit... SMS masuk ke HP ku, kali ini dari T menanyakan posisiku. "Masih pawai di Tol depan Plaza Semanggi ", jawabku.

Biasanya aku nggak pernah, sekesal ini menghadapi kemacetan di Jakarta. Tapi entahlah kali ini sepertinya berbeda. Atau karena memang rasa lapar yang sudah mulai sibuk menggerogoti perut karena seharian harus menahan lapar.....mmm mungkin.

Pancoran 4.500 meter, terlihat dari sign board penunjuk arah di tol. Masih saja aku terjebak hanya sedikit bergerak.

19:00
Akhirnya, aku bisa keluar dari neraka Tol dalam kota tiba di persimpangan pancoran. Sedikit kelegaan hinggap di hatiku. Hingga sesampainya di samping supermarket Gelael aku jadi ragu "Pintu masuknya sebelah mana ya ?" pikirku dalam hati .

Kubelokan stirku ke arah Tebet dan.....ternyata aku salah. Setelah sekitar 500 meter mencari pintu masuk ke arah Pizza Hut. Akhirnya aku harus berbalik arah kembali ke arah jalan MT. Haryono. 100 meter dari pertigaan Gelael baru lah aku melihat pintu masuk. Terus terang perasaan ku sudah kesal... Duh .. Jakarta.

19:15
Begitu masuk ke area parkir halangan sudah menghadang lagi "Parkir Penuh", walah...... mahluk apalagi ini. Tapi aku terus masuk dengan mengambil tiket parkir yang tinggal pencet. (aku punya pengalaman lucu dengan Ling tentang parkir Otomatis ini, nanti deh aku akan tulis.).
Masuk area parkir pencarian dimulai. Dengan sabar, masuk satu demi satu mobil didepanku berjalan perlahan dengan tujuan yang sama. Yaitu mencari tempat parkir.

19:30
Tuuuuutttt.... HP ku berbunyi, kulihat T diseberang jalan sambil memegang HP mencariku. "Loe dimana Mber ?", tanyanya sambil celingukan.

"Gue udah sampe , lagi cari parkir dan gue liat loe ," dengan nada sedikit putus asa.

"Ya udah gue tunggu didalem ya ", katanya sambil menutup telepon.

19:40
Ini kali ke 3 atau ke 4 sudah aku berputar putar di tempat yang sama untuk mencari parkir.
Akhirnya kulihat satu tempat lowong, dengan semangat 45 kucoba memarkirkan jeepku dan berhasil. Setelah mesin kumatikan bersiap untuk turun. Rupanya penderitaanku belum berakhir.

Seorang security menghampiriku.

"Maaf Pak, ini tempat parkir khusus Vallet."katanya dengan sopan.

Wharakadah .... ujarku dalam hati.

"Waduh pak, saya udah 5 kali muter", kataku dengan nada sedikit kesal.

"Mobil yang lain juga sama pak, tapi kalo bapak mau parkir vallet nggak papa. Tarifnya Rp.20.000,-", katanya sambil menerangkan.

Dengan perasaan campur aduk, kesal campur marah aku stater jip. "F***!!!", kataku......


19:45
Dua putaran kemudian barulah aku mendapat tempat parkir. Dengan sedikit penyesalan dengan apa yang seharusnya tidak kuucapkan.

Ternyata, bersabar itu sulit. Tidak segampang apa yang kita pikirkan dan katakan. Apalagi dalam kondisi perut kosong. Emosi seseorang gampang sekali tersulut.

Akhirnya aku bisa menyadari ini juga, ini adalah salah satu hikmah dari puasa. Dimana kita bisa merasakan penderitaan dari sahabat sahabat kita diluar sana. Mereka harus menahan lapar tanpa tahu kapan mereka bisa makan.

Ya, Allah ... terimakasih kuucapkan kepada Mu yang telah memberikan sedikit pelajaran berharga di bulan yang penuh berkah ini.

Pertemuan hari itu berjalan lancar.

Marhaban ya Ramadhan.

Me.

11 October 2006

Nyiur dan Gubuk

Photobucket

Kebayang nggak sih semilir angin laut dan debur Ombak disalah satu pulau kecil jauh dari riuhnya perkotaan. Terusannya nanti deh... :).

09 October 2006

"BuBar"



... Alias Buka Bareng.... :).

Well .... Nggak terasa ya.... waktu cepet banget jalannya..... perasaan baru aja kita ngadain BuBar taon lalu, tau tau udah BuBar lagi taon ini. Mmm.... aku suka berpikir, apa yang udah aku lakuin selama setaon ini, kalo dilihat dan dihitung dari hasil nya ya.... ironis memang...hehehee. But keep positive thinking aja lha... dan mensyukuri apa yang Allah berikan.

Setelah di rencanain hampir sebulan lalu dan dengan pertimbangan si Botak yang kudu bolak balik Palembang - Jakarta. Akhirnya kesampaian juga tanggal 8 October 2006 kemarin di Cileduk.

Sebetulnya banyak yang mau aku dan Ling buat untuk dibawa ke acara BuBar kali ini, tapi pesen dari Mamak (Nyokap ku yang kedua kalo diurutin setelah MakNyak atau Nyokap kandung).
"Cukup bawa diri aja ", katanya waktu aku telpon si Heldut untuk konfirmasi acara Jum'at lalu. Jadi lah aku dan Ling nggak buat apa apa.

Tapi dasar Ling, "Pak Ambang, kayaknya gak enak kalo gak bawa apa-apa ", katanya. Ya udah siangnya aku dan Ling mampir ke HyperMart di Cikokol setelah sebelumnya aku mandiin si Katty buat beli bahan. Rencana Ling mau buat pastel untuk dibawa ke acara itu.
Item yang dibeli :
  • Daging sapi giling
  • Kentang
  • Wortel
  • Terigu (stok masih ada)

Dan beberapa pernak pernik yang kami nggak rencanain sebelumnya. Dari Hypermart sempet mampir ke Carefour (beli coca cola @ Goceng, 3 botol) sekalian beli shampo buat si Bomber dan mampir juga ke Alfa yang ini asli iseng doang. Cuman karena parkir gratis aja kita mampir :).

Dirumah mulai deh Ling sibuk dengan adonannya. Terigu dicampur air dengan ramuannya di aduk aduk. Hingga bentuknya seperti adonan kenyal lalu di cuil dibentuk seperti bola bakso. Kalo nggak salah jadi sekitar 30 buah. Setelah itu dengan menggunakan gelas hadiah susu Dancow yang lebar tabungnya (diameternya sama) dari mulut hingga bawah gelas. Dengan menggunakan telenan (tatakan) dibentuk menjadi kulit yang siap diisi dengan campuran sayuran, yang kita beli sebelumnya. Mirip kulit martabak telor sebelum di goreng.

Disinilah hebatnya cewek, waktu ngebentuk kulit pastel kelihatanya gampang lho. Pas aku coba ..ya ampun ternyata susah bener. Bentuknya yang ngawur, lengket di gelas dll. Yang tadinya niat ku baik, yang terjadi adalah aku malah diusir dari dapur ...hik...hik...hik.. kejam nian.

15:30 BBWI atau WIB sih yang bener ?.... kita baru jalan.

Di Cileduk, semua lagi repot Mamak dengan goreng ayamnya, si Heldut dengan Jusnya dan si Poer ambil kelapa muda nggak ketinggalan si Juragan kambing alias Pada sibuk misahin dan motong motong daging kambing untuk di tongseng. Aku dan Ling ambil bagian motong alpukat dan nyerut menjadi bagian halus. Ternyata aku jago juga dan Ling mengaku kalah .... score 1:1 .... :). Si Papa masih sibuk dengan kambing nya alias baru kasih makan kambing. Hari ini rencananya si Papa mau bikin tongseng....mmmm...getting courious kayak apa sih rasanya...slurrpp...nggak terasa air liur terbit dilidah bikin pengen aja.

17:06 Coba ah telpon ke Cilandak, ngetes apa masih dirumah atau udah jalan. Tatitut tatitut...(suara aku pencet HPku).... tuuuut....tuuuut.....tuuuut... Nggak ada yang ngangkat nih. Rupanya sudah jalan.... hehehe SMS ku bekerja. Memang sebelumnya aku dah SMS keluarga Cilandak yang terkenal suka ngaret supaya dateng lebih cepet atau nggak telat lagi. Dan ternyata 5 menit kemudian muncul nyokap, sambil nggendong si Mamat B.. Wah ..suprise nih... good good ...akhirnya dateng juga :).

!7:40 Si Jim dateng, ehm... buat adik gue yang satu ini emang gue wanti wanti untuk bawa calonnya ke BuBar kali ini. Dan dateng juga ...tob dah :).

Namanya Dewi, manis juga, berkerudung tingginya kira kira 160 lebih, yang jelas lebih tinggi dari si Jim... hehehe... kelelep ente Bro!. Dengan kerudung ping kombinasi putih dan baju warna pink juga. Jim memperkenal kan ke kami, ke Aku, Botak, Nyokap dan Senuk.

17:50 Finally waktu yang ditunggu tunggu tiba...... Azan magrib berkumandang dari TV yang sengaja diset di channel yang azannya paling dulu :).

Teh hangat yang sudah disediakan langsung diserbu...... Alhamdullilah ... dengan membaca doa berbuka kami panjatkan syukur. Secangkir teh hangat dan pastel goreng buatan Ling, terasa nikmat banget masuk kedalam mulutku. Setelah menuntaskan berbuka, kami sholat berjamaah di pimpin Papa.

Hingga datanglah saat yang paling dinantikan yaitu makan malam ... :). sambil iseng kebelakang aku mencek apa aja menu yang ada. Terlihat

  1. Capcay Jawa
  2. Spagheti ala Heldut
  3. Ayam Goreng
  4. Telur puyuh di semur
  5. Tongseng
  6. Emping melinjo
  7. Es Alpukat + kelapa muda
  8. Jus Melon
  9. Jus Tomat
  10. dan bbrp minuman ringan

Sempurna, menu sederhana tapi menggugah selera .. terutama Tongseng kambing made in Papa. Menu pertama spagheti ala Heldut, terasa aneh karena terasa rempah tapi enak juga. setelah itu baru deh menu favorite hari itu... Tongseng si Papa, dan unbelievable ternyata Ueenak bener. Bumbunya terasa, kecapnya juga terasa dan dagingnya empuk bener. Ternyata setelah di tanya dagingnya sengaja di pake yang daging Has....pantes TOB abis. 2 Jempol buat si Papa.. :).

Untuk BuBar kali ini ada 2 catatan penting,

  1. Keluarga kami tambah satu orang lagi yaitu Mamat B alias Fajar Muhammad Gunawan.
  2. Dan mungkin akan bergabung lagi dan semoga yaitu Dewi yang Insya Allah akan gabung menjadi keluarga besar kami melalui perantara si Jim....Congratulation ya Bro!.
Sayang si Tembong kudu masuk kerja, gak bisa bergabung dengan kita. Kita ngobrol cerita sana dan cerita sini, hingga nggak terasa waktu udah hampir jam 8 malam. Jim pamit untuk anter Dewi pulang.


Ada pertemuan selalu ada perpisahan, sebetul nya aku nggak mau waktu ini cepet berlalu. Tapi kan nggak mungkin. Dalam hati semoga tahun depan masih akan ada lagi Ramadhan dan kami masih diberi kesempatan untuk BuBar lagi. Akhirnya kita juga satu satu pamit pulang.

  • Buat Mamak dan Papa ...makasih banget
  • Buat Heldut dan Pada many Thanks juga
  • Poer my youngest sister yang ceriwis bener dan rada tomboy juga demen maen petasan.
  • Jim semoga elo dan Dewi sampe ke Pelaminan.
  • Buat keluarga di Cilandak (Nyokap, Simbot, Senuk, Ci'lis, Botak, Vira dan Mamat B) kalian semua luar biasa. Bisa juga nggak telat ...hehehehehe

Marhaban ya Ramadhan.

Me and Ling

06 October 2006

Berburu Adenium


Hari itu Sabtu pagi 30, September 2006 hari terakhir di bulan itu. Bulan dimana penuh kenangan bagi aku dan Ling.

"Pak Ambang, hari ini kita cari adenium yuk !",

Terdengar suara Ling di samping ku sambil bersuara seperti biasa, manja. Mmm... ini sebenernya salah satu yang kusuka darinya, polos dan manja. Pak Ambang adalah panggilan sayang dari nya untuk ku.

"Lho, emang kamu serius apa, mau tanem pohon kamboja mini itu ?.", tanyaku.

"Iya lha Pak, itu kan bagus. Bunganya bisa warna warni", balasnya sambil terus memegang remote TV ditangan kirinya.

"Emang nggak cukup, bunga yang minggu lalu kita beli dari Cibodas ?", tanyaku lagi.

"Enggak lah Pak Ambang, itu kan cuman beberapa. Lagian di halaman kita masih cukup buat beberapa tanaman lagi". Jawabnya sambil terus aja mendesak.

"Tapi janji yah, diurus...awas nanti kalo Mama melulu yang siramin", Kataku dengan nada sedikit mengancam.

Istriku ini memang lagi demam sama bunga gurun yang satu itu. Tidak dipungkiri bahwa Adenium kelihatan indah waktu berbunga. Apalagi dengan bentuk yang eksotis, mirip dengan bonsai. Memang sih, sudah beberapa hari ini Ling minta aku untuk temani jalan seputaran Tangerang untuk mencari beberapa tanaman.

Rencananya hari itu aku akan bongkar karburator dan cek alternator si Katty (panggilan buat Jeep kami) , karena sudah terasa tidak enak kalau di buat jalan dan alternator terasa bergetar diluar biasanya. Tapi sudah lah itu bisa aku lakukan di lain waktu. Tidak ada salahnya menemani Ling untuk cari apa yang dia mau. Sekaligus kali aja bisa dapat bonus ganti partnya si Hawk (nama panggilan buat motor) gratis :).

10:40 aku dan Ling baru berangkat dari rumah, setelah memanasi mesin si Katty (yang ternyata aku lupa untuk menyambung kabel charging accu dari alternator).

11:10 Sampai lah kita di tukang bunga seputaran Cikokol arah Karawaci.

"Sebentar mas aku mau beli kompos dulu, Tanaman yang kemarin kelihatannya kekurangan tanah", ujar Ling sambil matanya mencari penjual kompos disela tanaman bunga dan buah sepanjang jalan.

Dari sepanjang jalan itu panjang nya sekitar 500 meter, terlihat cukup asri banyak sekali tanaman hias, bunga dan beberapa tanaman buah berjejer rapi. Aku sendiri tidak hapal nama dari masing masing pohon, yang aku tau hanya beberapa seperti pohon buah durian, mangga jambu dan kedongdong serta beberapa tanaman bunga.

"Pak Ambang, brenti Pak ...brenti Pak ..tuh kelihatannya ada di situ tadi. Mundur dikit Pak Ambang .... ", Seru Ling kepada ku layaknya penumpang supir angkot minta berhenti di depan gang kompleks perumahan kami :).


Tak apalah sesekali jadi supir pribadi yang bener bener pribadi bisa menuhin keinginan Nyonyanya sampai yang keperluan amat pribadi... :P.
Kuinjak rem si Katty, kulihat dikaca spion atas. Aman... pikirku tidak ada mobil yang melintas. Baru kuinjak kopling ku oper gigi mundur untuk berbegerak ke arah tukang bunga di belakang. Seperti yang ditunjuk Ling.

"Berapa komposnya Pak ?", tanya Ling ke arah tukang bunga yang sedang asyik ngobrol dengan teman sejawatnya.

"Rp.2500,- Mbak satu plastiknya ", ujarnya menyebut harga kompos satu platik besar. Mungkin seukuran 1/2 bantal yang biasa dipergunakan untuk tidur.

"Minta 4 deh pak !", tanpa menawar lagi, seraya menyiapkan uang dari dompet.

"Kamu nggak nawar dulu ya ... ?", kataku sedikit heran.

Biasanya ibu yang satu ini rajin sekali menawar apapun yang dia beli. Dan kalau sudah mulai proses tawar menawar ini biasanya aku suka agak menjauh. Karena kadang Ling menawar agak jauh dari harga yang ditawarkan.

"Eh, iya ya ..lupa ", jawabnya.

"Dua ribu aja boleh nggak pak, satu plastiknya ?", seraya dia berujar. Seolah ingin menjawab pertanyaanku ke tukang penjual.


Tentu saja si abang penjual tetep menyebut angka Rp.2500,-.4 buah plastik besar, harus mesuk ke kabin si Katty. Seperti nya muat lah tidak perlu melipat bangku belakang pikirku. Perburuan belum selesai, hingga dia mengajakku ketempat penjualan bunga ditempat lain.

"Kita ke tukang kembang yang di perum yuk ", ajaknya menyebut salah satu tempat disekitar perumnas di Karawaci.

Tapi sebelum kesana, aku ingat ada lokasi penjualan tanaman hias baru di sepanjang jalan menuju perumahan Palem Semi di daerah Karawaci. Didaerah yang setiap hari aku lewati waktu perjalanan menuju ke kantor.

12:45 aku dan Ling tiba di tempat penjualan bunga di Kompleks perumahan itu. Di Tempat pertama kami masuk. Terlihat seorang wanita muda sekitar umur 25 tahunan tapi seluruh tubuh nya tertutup Jilbab hitam. Hanya kedua belah matanya yang tampak dengan sarung tangan khusus berkebun. Rupanya sedang menyiangi tanaman. Begitu masuk kami tidak langsung bertanya ke penjual tanaman tersebut. Kami melihat lihat lagi ada beragam tanaman disitu meskipun tidak tertata begitu rapi.

Mata Ling tertuju ke arah vas bunga bening seukuran gelas minum besar berisi butiran gel berwarna hijau mengkilap. Dan didalamnya terdapat pohon sejenis aglonema kalau tidak salah.

"Ini ditanam pake apa mbak ?", tanya Ling ke penjual bunga.

"itu pake Gel ibu, biasanya disebut hydrogel ", jawab wanita penjual.

Aku sendiri kagum juga melihat bentuk seperti cendol tapi bisa buat menanam bunga.... hehehe dasar gaptek.

"Caranya gimana, kok bisa ya ?," tanya Ling lagi sambil keheranan.

"Ini pake gel, seperti ini ", wanita tersebut sambil memperlihatkan butiran kecil diwadahi plastik seperti plastik obat. Tidak sampai 1/2 ons, bahkan hanya terlihat beberapa gram.

"Sedikit gini mbak, Kok bisa ya ?", tanya Ling lagi masih belum hilang keheranannya.

"betul, memang hanya dibutuhkan sedikit untuk sekitar satu gelas besar ini. Dengan cara di rendam menggunakan air matang". ujar si wanita tadi menerangkan.

Akhirnya Ling membeli 2 buah dan kami harus merelakan Rp.12.000,- untuk 2 plastik kecil gel. Kupikir mahal amat cuman dapat segitu.

Kami keluar dai tempat itu dan berputar lagi ketempat penjual bunga lain yang masih belum ramai. Hingga mata kami tertuju oleh deretan Adenium di sebelah penjual gel. Kami menyempatkan mampir karena memang inilah targetnya Ling.

Dari dalam kami disambut seorang wanita muda dengan dialek Batak.

"Selamat siang ibu, cari apa ?", sapanya kepada kami.

Mmm..lumayan lah sedikit lebih profesional setimbang penjual sebelumnya.

"Kami ingin lihat adeniumnya ", jawab ku sekenanya. Sambil mataku melihat sebuah pot berisi adenium besar sebesar lengan ku, dengan juntaian akar yang berlekuk.


"Silahkan, mau yang seperti apa ?", tanya lagi.

"Adanya yang seperti apa mbak ?", kubalas pertanyaan si wanita penjual dengan pertanyaan lagi. Jadi inget bukunya Les Giblin menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.

"Banyak mbak ada sekitar 20 macam yang kami punya", jawabnya lagi.

Nah giliran kami yang kebingungan karena nggak nyangka ada sebanyak itu. Padahal masih banyak lagi jenis adenium hasil penyilangan dengan bunganya yang beraneka warna.

"Kalo yang bagus seperti apa yah ?", tanya ku lagi.

Si wanita penjual langsung mengambil kertas. Seperti katalog berisi jenis adenium dan diperlihatkan ke kami. Kelihatan di katalog adenium punya nama berbeda beda ada Peter Pan, Water Fall, My Country dan lain lain.

"Untuk lebih jelasnya, nanti bisa tanya ke abang saya", ujarnya lagi sambil menunjuk seorang lelaki muda yang baru saja masuk ke pondok.

Hari itu kami rasa cukup beruntung, karena si penjual bunga tidak hanya menjual tapi juga menerangkan dari cara penanaman hingga cara pemeliharaan bahkan cara menstek tanaman baru di ajarkan ke kami. Betul betul penjual yang baik.

Akhirnya aku dan Ling membeli 2 pohon adenium bakalan seharga Rp.60.000,- + Pupuk. Tapi rupanya perjalanan belum selesai. Ling masih mengajaku untuk mencari tempat tanaman dari besi untuk dapat menaruh pot di depan rumah. Akhirnya kami dapatkan justru ditempat penjual bunga pertama kami singgah.

14:15 kami sampai dirumah kembali dengan beberapa hasil. Kompos, 2 buah tanaman adenium, 1 buah Dona Carnen (CMIIW) dan satu buah tempat pot bunga besi.

Lumayanlah, apalagi melihat senyum di wajah Ling dengan tanaman barunya.