Berburu Adenium

Hari itu Sabtu pagi 30, September 2006 hari terakhir di bulan itu. Bulan dimana penuh kenangan bagi aku dan Ling.
"Pak Ambang, hari ini kita cari adenium yuk !",
Terdengar suara Ling di samping ku sambil bersuara seperti biasa, manja. Mmm... ini sebenernya salah satu yang kusuka darinya, polos dan manja. Pak Ambang adalah panggilan sayang dari nya untuk ku.
"Lho, emang kamu serius apa, mau tanem pohon kamboja mini itu ?.", tanyaku.
"Iya lha Pak, itu kan bagus. Bunganya bisa warna warni", balasnya sambil terus memegang remote TV ditangan kirinya.
"Emang nggak cukup, bunga yang minggu lalu kita beli dari Cibodas ?", tanyaku lagi.
"Enggak lah Pak Ambang, itu kan cuman beberapa. Lagian di halaman kita masih cukup buat beberapa tanaman lagi". Jawabnya sambil terus aja mendesak.
"Tapi janji yah, diurus...awas nanti kalo Mama melulu yang siramin", Kataku dengan nada sedikit mengancam.
Istriku ini memang lagi demam sama bunga gurun yang satu itu. Tidak dipungkiri bahwa Adenium kelihatan indah waktu berbunga. Apalagi dengan bentuk yang eksotis, mirip dengan bonsai. Memang sih, sudah beberapa hari ini Ling minta aku untuk temani jalan seputaran Tangerang untuk mencari beberapa tanaman.
Rencananya hari itu aku akan bongkar karburator dan cek alternator si Katty (panggilan buat Jeep kami) , karena sudah terasa tidak enak kalau di buat jalan dan alternator terasa bergetar diluar biasanya. Tapi sudah lah itu bisa aku lakukan di lain waktu. Tidak ada salahnya menemani Ling untuk cari apa yang dia mau. Sekaligus kali aja bisa dapat bonus ganti partnya si Hawk (nama panggilan buat motor) gratis :).
10:40 aku dan Ling baru berangkat dari rumah, setelah memanasi mesin si Katty (yang ternyata aku lupa untuk menyambung kabel charging accu dari alternator).
11:10 Sampai lah kita di tukang bunga seputaran Cikokol arah Karawaci.
"Sebentar mas aku mau beli kompos dulu, Tanaman yang kemarin kelihatannya kekurangan tanah", ujar Ling sambil matanya mencari penjual kompos disela tanaman bunga dan buah sepanjang jalan.
Dari sepanjang jalan itu panjang nya sekitar 500 meter, terlihat cukup asri banyak sekali tanaman hias, bunga dan beberapa tanaman buah berjejer rapi. Aku sendiri tidak hapal nama dari masing masing pohon, yang aku tau hanya beberapa seperti pohon buah durian, mangga jambu dan kedongdong serta beberapa tanaman bunga.
"Pak Ambang, brenti Pak ...brenti Pak ..tuh kelihatannya ada di situ tadi. Mundur dikit Pak Ambang .... ", Seru Ling kepada ku layaknya penumpang supir angkot minta berhenti di depan gang kompleks perumahan kami :).
Tak apalah sesekali jadi supir pribadi yang bener bener pribadi bisa menuhin keinginan Nyonyanya sampai yang keperluan amat pribadi... :P.
Kuinjak rem si Katty, kulihat dikaca spion atas. Aman... pikirku tidak ada mobil yang melintas. Baru kuinjak kopling ku oper gigi mundur untuk berbegerak ke arah tukang bunga di belakang. Seperti yang ditunjuk Ling.
"Berapa komposnya Pak ?", tanya Ling ke arah tukang bunga yang sedang asyik ngobrol dengan teman sejawatnya.
"Rp.2500,- Mbak satu plastiknya ", ujarnya menyebut harga kompos satu platik besar. Mungkin seukuran 1/2 bantal yang biasa dipergunakan untuk tidur.
"Minta 4 deh pak !", tanpa menawar lagi, seraya menyiapkan uang dari dompet.
"Kamu nggak nawar dulu ya ... ?", kataku sedikit heran.
Biasanya ibu yang satu ini rajin sekali menawar apapun yang dia beli. Dan kalau sudah mulai proses tawar menawar ini biasanya aku suka agak menjauh. Karena kadang Ling menawar agak jauh dari harga yang ditawarkan.
"Eh, iya ya ..lupa ", jawabnya.
"Dua ribu aja boleh nggak pak, satu plastiknya ?", seraya dia berujar. Seolah ingin menjawab pertanyaanku ke tukang penjual.
Tentu saja si abang penjual tetep menyebut angka Rp.2500,-.4 buah plastik besar, harus mesuk ke kabin si Katty. Seperti nya muat lah tidak perlu melipat bangku belakang pikirku. Perburuan belum selesai, hingga dia mengajakku ketempat penjualan bunga ditempat lain.
"Kita ke tukang kembang yang di perum yuk ", ajaknya menyebut salah satu tempat disekitar perumnas di Karawaci.
Tapi sebelum kesana, aku ingat ada lokasi penjualan tanaman hias baru di sepanjang jalan menuju perumahan Palem Semi di daerah Karawaci. Didaerah yang setiap hari aku lewati waktu perjalanan menuju ke kantor.
12:45 aku dan Ling tiba di tempat penjualan bunga di Kompleks perumahan itu. Di Tempat pertama kami masuk. Terlihat seorang wanita muda sekitar umur 25 tahunan tapi seluruh tubuh nya tertutup Jilbab hitam. Hanya kedua belah matanya yang tampak dengan sarung tangan khusus berkebun. Rupanya sedang menyiangi tanaman. Begitu masuk kami tidak langsung bertanya ke penjual tanaman tersebut. Kami melihat lihat lagi ada beragam tanaman disitu meskipun tidak tertata begitu rapi.
Mata Ling tertuju ke arah vas bunga bening seukuran gelas minum besar berisi butiran gel berwarna hijau mengkilap. Dan didalamnya terdapat pohon sejenis aglonema kalau tidak salah.
"Ini ditanam pake apa mbak ?", tanya Ling ke penjual bunga.
"itu pake Gel ibu, biasanya disebut hydrogel ", jawab wanita penjual.
Aku sendiri kagum juga melihat bentuk seperti cendol tapi bisa buat menanam bunga.... hehehe dasar gaptek.
"Caranya gimana, kok bisa ya ?," tanya Ling lagi sambil keheranan.
"Ini pake gel, seperti ini ", wanita tersebut sambil memperlihatkan butiran kecil diwadahi plastik seperti plastik obat. Tidak sampai 1/2 ons, bahkan hanya terlihat beberapa gram.
"Sedikit gini mbak, Kok bisa ya ?", tanya Ling lagi masih belum hilang keheranannya.
"betul, memang hanya dibutuhkan sedikit untuk sekitar satu gelas besar ini. Dengan cara di rendam menggunakan air matang". ujar si wanita tadi menerangkan.
Akhirnya Ling membeli 2 buah dan kami harus merelakan Rp.12.000,- untuk 2 plastik kecil gel. Kupikir mahal amat cuman dapat segitu.
Kami keluar dai tempat itu dan berputar lagi ketempat penjual bunga lain yang masih belum ramai. Hingga mata kami tertuju oleh deretan Adenium di sebelah penjual gel. Kami menyempatkan mampir karena memang inilah targetnya Ling.
Dari dalam kami disambut seorang wanita muda dengan dialek Batak.
"Selamat siang ibu, cari apa ?", sapanya kepada kami.
Mmm..lumayan lah sedikit lebih profesional setimbang penjual sebelumnya.
"Kami ingin lihat adeniumnya ", jawab ku sekenanya. Sambil mataku melihat sebuah pot berisi adenium besar sebesar lengan ku, dengan juntaian akar yang berlekuk.
"Silahkan, mau yang seperti apa ?", tanya lagi.
"Adanya yang seperti apa mbak ?", kubalas pertanyaan si wanita penjual dengan pertanyaan lagi. Jadi inget bukunya Les Giblin menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.
"Banyak mbak ada sekitar 20 macam yang kami punya", jawabnya lagi.
Nah giliran kami yang kebingungan karena nggak nyangka ada sebanyak itu. Padahal masih banyak lagi jenis adenium hasil penyilangan dengan bunganya yang beraneka warna.
"Kalo yang bagus seperti apa yah ?", tanya ku lagi.
Si wanita penjual langsung mengambil kertas. Seperti katalog berisi jenis adenium dan diperlihatkan ke kami. Kelihatan di katalog adenium punya nama berbeda beda ada Peter Pan, Water Fall, My Country dan lain lain.
"Untuk lebih jelasnya, nanti bisa tanya ke abang saya", ujarnya lagi sambil menunjuk seorang lelaki muda yang baru saja masuk ke pondok.
Hari itu kami rasa cukup beruntung, karena si penjual bunga tidak hanya menjual tapi juga menerangkan dari cara penanaman hingga cara pemeliharaan bahkan cara menstek tanaman baru di ajarkan ke kami. Betul betul penjual yang baik.
Akhirnya aku dan Ling membeli 2 pohon adenium bakalan seharga Rp.60.000,- + Pupuk. Tapi rupanya perjalanan belum selesai. Ling masih mengajaku untuk mencari tempat tanaman dari besi untuk dapat menaruh pot di depan rumah. Akhirnya kami dapatkan justru ditempat penjual bunga pertama kami singgah.
14:15 kami sampai dirumah kembali dengan beberapa hasil. Kompos, 2 buah tanaman adenium, 1 buah Dona Carnen (CMIIW) dan satu buah tempat pot bunga besi.
Lumayanlah, apalagi melihat senyum di wajah Ling dengan tanaman barunya.
3 Comments:
mas.. hati2 kalo naro pot di halaman rumah, atau diatas tembok pagar yang kejangkau dari luar. Di tangerang banyak pemburu tanaman (atau maling pro) yang gak segan2 nyolong, apalagi jenis2 yang "kecil tapi mahal". Adik ipar saya pernah jadi korban, capek2 nge-rawat, tiba2 raib gitu aja, padahal siang bolong.
it's nice blog, ups i mean the writing. Keep foward man :D.
Tks Bro ...
Post a Comment
<< Home