20 September 2008

Komang kembali ke Bali

Setelah terombang ambing di Jakarta karena training nya yang tidak jelas hingga kapan. Akhirnya hari yang dinanti oleh adiku yang satu ini tiba juga. Tiket untuk kembali ke Bali akhirnya ditangan dan selesailah penderitaannya di Jakarta hehehehe...kesannya tragis banget.

Di Jadwalkan hanya 5 hari di Jakarta, tapi siapa sangka petualangan ibu beranak satu ini harus berlanjut hingga tanggal 20 September 2008.
Dengan meninggalkan keluarganya di Bali.

Memang bukan perkara mudah untuknya tapi aku rasa dia harus banyak belajar banyak hal di Jakarta. Mulai bagaimana caranya mencari kendaraan umum menuju kekantornya. Dari mulai angkot, BusWay hingga kereta Jabotabek. Hingga bagaimana caranya menyelesaikan training.

Buat aku dan Ling adalah satu kehormatan di percaya oleh keluarga di Bali untuk menjaganya selama di Jakarta. Satu hal yang aku tekankan kepadanya adalah bagaimana mengatur jadwal, untuk melakukan konfirmasi sebelum menyimpulkan apa yang akan lakukan kemudian. Pelajaran kecil untuk pengambilan keputusan.

Semoga si Komang nggak kapok untuk datang ke Ibu kota Jakarta yang katanya lebih kejam dari ibu Tiri.... :).

Me and Ling.


17 September 2008

Buka Bersama di Cileduk Tahun ke 3

Setelah melalui survey dan pengumpulan data .... duh apa coba....

Bukber .... Mmm... aku mencoba untuk mengganti kata BuBar dengan BukBer dengan satu harapan yang tidak menimbulkan konotasi negatif dari kata BuBar itu sendiri......juga dengan harapan tidak menjadikan afirmasi negatif kedepannya :).

BukBer Ramadhan kali ini ditetapkan melalui majelis Ruk'iah dengan penghitungan hilal yang tepat yaitu tanggal 13 Ramadhan.....hehehe.. kayak nentuin lebaran aja ... Sebetulnya hanya karena si Botak di tanggal itu sudah dirumah dan aku berharap dia dan Ricca bisa gabung bersama kami.

Finally hari yang ditentukan tiba, Ling sudah wanti wanti sama Mama untuk buatin bakso, asinan dan bela belain pesan combro serta tak keinggalan risol dari Bu Harry tetangga sebelah yang jual makanan itu.

Kali ini kami tidak mau terlalu merepotkan keluarga Cileduk untuk menyiapkan makanan berbuka puasa. Jadi Ling lah yang mengkoordinasikan siapa dan bawa apa. Ling meminta my Mom untuk bawa ayam panggang SM dari Cilandak beserta accesorisnya. Sedangkan dari Cileduk sendiri kita minta untuk tidak perlu repot cukup sediain tempat buat es buah dan tak lupa bakwan goreng.

Aku, Ling dan Komang berangkat dari Cimone jam 3 sore, dan seperti biasa My Mom dan simbok akan berangkat bersama Mas Gun. Kali ini Botak berangkat sendiri bersama pendampingnya yaitu Ricca yang akan berangkat dari Citraland Grogol.

Satu hal yang baru dari Cileduk yang membuat aku betah untuk ngabuburit adalah si Tembong sudah pasang TV Kabel dari First Media ..... berkat aku komporin tempo hari... :). Untuk pelanggan baru, TV kabel ini membuka seluruh channel nya so acara ngabuburit akan semakin asyik .
Hari itu Botak tiba lebih dulu bersama Ricca, di susul si Jimbo yang karena satu dan lain hal harus datang sendiri.

Puncak acara dari Bukber kali ini adalah Adzan Magrib untuk daerah Jakarta dan sekitarnya. Seperti biasa untuk mengikuti sunah rosul agar kita mensegerakan berbuka setelah tiba waktunya kami mencari channel TV yang mengumandangkan adzan lebih dulu..... :)

Begitu suara adzan di TV, seluruh keluarga tanpa kecuali menyerbu hidangan yang telah disediakan. Teh hangat manis adalah sajian yang paling tepat untuk pembuka puasa ku hari itu. Dilanjutkan dengan camilan yang lain. Bakwan goreng di cocol dengan saus kecap adalah menu yang paling favorite.

Tak lama kami dengan antusias melahap hidangan yang ada, My Mom, simbok dan Mas Gun tiba Cileduk. Suasana pun tambah meriah kami bersama sama menikmati buka puasa ini dengan suasana gembira dan dengan penuh rasa syukur. Hingga Shalat magrib berjamaah kami jalankan.

Bukber kali ini memang tidak semeriah tahun sebelumnya. Poer absent, karena ada acara buka bersama disekolahnya. Ade karena kurang koordinasi baru gabung sekitar jam 8 malam. Ci Lis, Vira dan Fajar kali ini harus absen karena ada satu keperluan.

Acara tambahan kali ini adalah perayaan ulang tahun Mas Gun yang jatuh di tanggal 11 September atau 9/11. Untuk acara ini sudah aku siapkan sebuah kue tart kecil, sedianya kue tersebut akan di rayakan dengan Ci Lis yang juga berulang tahun sebelumnya yaitu tanggal 30 Agustus. Tapi karena yang hadir cuma Mas Gun ya..... the show must goon.

Yang unik dari perayaan kali ini adalah lilin ulang tahun yang seharusnya nempel di kue tart harus kita pisahkan. Gimana nggak dipisah lha wong lilin yang kita pergunakan adalah lilin buat penerangan rumah yang warnanya putih sebesar jempol kaki orang dewasa... :). Lilin ulang tahunnya nggak ada jadi ya ....gitu deh ... tapi tetap semarak juga kok...

Tanpa terasa hari semakin malam, Mas Gun harus menjemput Ci Lis dan kedua anaknya. Dan aku, Ling dan Komang juga harus kembali ke rumah. Sekitar Jam 10 malam kami meninggalkan Cileduk........

BukBer kali ini terasa sedikit sunyi tapi tetap penuh makna........

Indahnya Ramadhan ......

Me and Ling.




08 September 2008

Susahnya cari parkir di jl.Sabang sewaktu jam Buka Puasa

Jum'at 5 September 2008...

Hari ini aku janji jemput Ling dan Komang untuk ketemuan di Sabang selepas pulang kantor. Oh ya.... kami sedang kedatangan tamu dari Bali namanya Komang dia adiknya Irvan anak dari Tante Harni dan Om Nyoman yang tinggal di Bali. Sewaktu kami liburan ke Bali tahun 2006 lalu kami nginap di rumah Tante Harni.

Tante Harni sendiri adalah adik kandung dari Papa Cileduk, jadi masih sepupu langsung dengan Heldut. Komang sendiri ke Jakarta karena ada training dari kantornya dan dia memilih untuk stay dengan aku dan Ling ketimbang harus kos. Jadwal yang tadinya cuman 5 hari di Jakarta harus molor jadi 2 minggu atau lebih karena jadwal trainingnya berubah. Gak papalah sekalian mengenal kehidupan di Jakarta lebih dekat :).

Kembali ke hari Jum'at lalu, sore hari setelah jam kantor kira kira jam 5 an aku ngacir dari kantor karena kebetulan selama bulan Ramadhan ada dispensasi 30 menit lebih awal. Aku pacu si Katty melalui tol tangerang hingga kebun jeruk. Tidak ada hal yang istimewa yang bisa aku tulis selama perjalanan itu. Aku lebih banyak konsentrasi ke jalan dan mendengarkan radio yang kebanyakan menyiarkan program menjelang berbuka puasa.

Waku menunjukan jam 5:50, waktu aku sampai di perempatan Tanah Abang menuju kearah jl. Thamrin, setelah fly over Cideng. Hari itu lalu lintas cukup lancar tidak banyak hambatan yang berarti. Aku putuskan untuk berputar di jalan Jaksa, salah satu jalan yang dikenal dengan wisata malamnya karena masuk dalam sentra wisatawan manca negara. Selagi melintas aku lihat beberapa turis asing sedang asyik ngobrol dan beberapa sedang menawar barang. Ada juga seorang wisman wanita dengan rokok ditangan sedang membeli buah pada penjual rujak keliling.

Setelah sampai di ujung jalan jaksa atau pertigaan aku belok ke kanan melalui jalan Wahid Hasyim kearah Jl. Sabang. Lalu lintas kelihatan cukup padat dan memang harus sabar karena menjelang magrib. Aku tidak kaget karena memang sudah menduga jadi sudah aku siapkan diriku untuk bermacet ria. Hingga azan magrib tiba aku langsung membuka bekal teh kotak yang aku beli sebelumnya di Matahari bawah kantorku, alhamdulillah puasaku selesai hari itu.

Menjelang perempatan Sabang dan Agus salim aku harus berbelok kekanan karena Ling sudah menunggu ku di tempat biasa aku cetak photo. Setelah belok kanan rupanya perjuangan ku belum selesai. Aku nggak kebagian parkir, seluruh tepi kiri dan kanan sepanjang jalan Sabang penuh dengan orang yang berbuka puasa. Nggak heran memang karena Sabang merupakan salah satu sentra makanan di Jakarta.

Tulalit ...tulalit ...HP Fleksi ku berbunyi, kulihat nomor Ling tertera disana. "Pak Ambang dah sampe mana ?", suara nya di seberang sana. " Aku dah sampe di Sabang lagi cari parkir nih ?", Jawab ku singkat. "Ya udah aku tunggu ya ", jawabnya. "Ok, aku bisa lihat kamu kok ", jawab ku lagi. Aku memang melihat Ling sewaktu melewati toko tempat cetak foto kami.

Hingga di ujung jalan aku masih belum dapat parkir. Akhirnya aku harus berputar kembali melalui jalan Jaksa. Dan pengulangan lagi untuk bermacet ria di perempatan Wahid Hasyim, Agus Salim dan Sabang. Sebenarnya aku sudah melihat ada tempat parkiri di ujung jalan Sabang. Tapi aku nggak memanfaatkan kesempatan itu. Kupikir didepan masih akan ada lagi. Tapi rupanya perkiraanku meleset tidak ada lagi tempat parkir. Aku haru berputar lagi melalui jalan Jaksa .... cape deh....

Ini yang ketiga kalinya aku harus berputar lagi melalui Jalan yang sudah aku sebutkan tadi. Dan tulalit tulalit .... HP ku berbunyi lagi. Kulihat Ling di seberang HP nya. "Kamu sampe mana pak Ambang ?", kembali pertanyaan yang sama di ajukannya. "Aku masih cari parkir nih ", jawabku agak tinggi karena sedikit kesal dengan keadaan.

Di putaran yang ketiga ini, perempatan Agus Salim, Sabang dan Wahid Hasyim lebih padat lagi. Entah karena orang sudah mulai keluar atau karena hal apa. Tulalit ...tulalit.. HP ku berbunyi lagi ... dan nomor Ling sudah tertera di HP ku "Aku masih di perempatan", jawabku langsung sebelum Ling bertanya. "Ya udah buruan aku dah bookingin parkir buat kamu nih ", serunya. "Oh ya...dimana ?", jawab ku setengah tidak percaya. "Di depan toko tempat kita cetak foto, makanya buruan" jawabnya lagi. Waks... luar biasa istriku yang satu ini ngerti banget kesulitan suaminya.

Masalah parkir solve pikirku, tapi rupanya itu belum selesai. Sesampainya di perempatan kendaraan padat sekali. Kulihat kijang dengan pengendara wanita di belah kiriku dan di belakangku kijang dalam jarak yang rapat juga. Aku sedikit was-was karena dalam keadaan seperti ini biasanya pengendara wanita kurang punya perkiraan.

Aku coba untuk konsentrai ke jalan dengan jarak kendaraan yang rapat seperti ini amat di butuh kan perkiraan yang jitu. Dan hal yang aku kuatirkan terjadi, si Katty terasa di dorong-dorong dari sebelah kiri. Pengendara wanita di dalam kijang rupanya berusaha untuk masuk. Mungkin nggak mau keduluan kijang disebelahnya. Akibatnya si Katty didorong dorong, aku spontan membunyikan klakson. Kulihat si pengendara wanita tersebut cukup panik dan penumpang di sampingnya seperti meminta maaf. Ku buka jendela sambil berteriak "Sabar donk ... ". Kataku dengan nada tinggi. Tak lupa aku longok kearah belakang katty untuk melihat apakah si Katty cidera atau penyok. Meskipun si Katty baik baik saja tapi emosiku sudah terlanjur mulai naik.

Akhirnya aku terbebas dari umpel umpelan di perempatan jalan Sabang. Kemacetan lebih parah dari sebelumnya karena kulihat antrian mobil sudah panjang dan hampir mencapai ujung jalan Sabang. Hingga tiba di depan toko kulihat tukang parkir sudah ada di depan dan menanyaiku. "ini mobil yang di bilang ama si Encik ya Pak ", tanya nya. "Iya " Jawabku. Si tukang parkir langsung menyetop mobil didepan ku untuk memberi ruang aku masuk ke tempat parkir yang sudah disediakan. Akhirnya aku bisa parkir setelah satu jam harus berputar dan merasakan bermacet macet ria.

Hari itu aku Ling dan Komang makan soto ceker pak Gendut yang terletak nggak jauh dari tempat kami cetak foto. 3 Porsi soto Ceker, 2 teh manis dan 1 gelas jeruk seharga Rp.42.000,- untuk kami bertiga cukup menghiburku setelah penat bermacet ria ....

Indahnya Ramadhan....



01 September 2008

D'Cost

Mmm..... 2x sudah Aku dan Ling coba resto ini ...

Sebelumnya malam Minggu tanggal 30 Agustus kemarin kami coba resto ini. Memang sepertinya agak terlambat karena gaung dari resto ini sudah kemana-mana. Paling tidak si Felix adik iparku sudah bertindak bagaikan PR nya D'cost sudah menyebarkan beritanya ....

Di Tangerang ada 2 tempat yang aku ketahui, di dekat Carefore Cikokol dan di sebelah Water Boom BSD Serpong. Kebetulan resto yang kami coba adalah di BSD bukan yang di Cikokol meskipun lebih dekat dengan rumah.

Sampai disana sekitar jam 7:30 an malam ..... waktu prime time memang buat makan malam. Kami harus menunggu sekitar 5-10 menit sebelum mendapatkan tempat. Waiternya cukup banyak dan beberapa dari mereka menggunakan Handy Talky sehingga mereka cukup cepat dalam menyiapkan tempat.

Tidak seperti seafood restauran pada umumnya dengan moto back to nature seperti Bumbu Desa, Lombok Ijo, Dapur Sunda dan lain-lain. D'Cost justru sebaliknya, konsep nya adalah resto cepat saji a'la Mc Donald tapi dengan menu seafood yang banyak di jumpai di Kaki Lima atau Resto yang berkelas.

Begitu kami duduk, waiter mulai mencatat pesanan ... Aku dan Ling memesan Kepiting saus tiram, Cumi Goreng tempung, Kangkung bumbu belacan dan Kerang bambu saus padang tak lupa teh manis.

Pada kunjungan ini aku nggak terlalu perhatiin karena waiter yang mencatat pesanan kami masih berpakaian hitam putih. Baru pada kunjungan berikutnya aku cukup impresif dengan cara mereka. Resto ini sudah menggunakan PDA pada waiter nya untuk mencatat pesanan yang masuk. Bagus juga mereka sudah melek IT nih, dengan menggunakan PDA yang terkoneksi ke Jaringan menggunakan wire less mereka mencatat pesanan yang masuk. Begitu pesanan dari customer complete dan tombol enter ditekan print out pesanan kami langsung datang tidak lama setelah si waiter pergi.

Hal yang asing buat kami adalah mereka menempelkan pesanan kami di meja tempat kami makan. Sebelumnya kami belum tau itu untuk apa. Setelah teh manis yang kami pesan datang kami baru tau, mereka mencoret menu yang sudah tersedia. Mmm... bagus juga bisa jadi itu notifikasi buat mereka dan juga buat kami.

Porsi kepiting ukuran sedang 1 porsinya berisi 1 buah kepiting, dan untuk kangkung tumis belacan porsinya kecil. Buat aku porsi tersebut hanya untuk satu orang. Demikian pula dengan cumi goreng tepung dan kerang bambu yang hanya berisi 5 buah kerang bambu untuk satu porsi.

Rasanya pertama kami coba adalah Tumis bumbu belacan, rasanya enak bumbunya terasa dan warna juga masih segar tidak terlalu matang pas untuk ukuran sayuran. Untuk Kepitingnya porsinya cukup untuk kami berdua sedangkan cumi goreng tepung dan kerang bambu sepertinya hanya cukup untuk aku saja..... :). Nasinya enak memang standard resto dan yang murah adalah teh manis cuman Rp.500,- pergelas. Total yang harus kami keluarkan untuk menu diatas adalah Rp.77.000,- Mmmm..... termasuk tidak murah juga.

Hal yang perlu di garis bawahi dan ini adalah nilai plus kenapa D'Cost cepat sekali berkembang adalah kecepatan mereka menyediakan pesanan kepada pelanggan meskipun saat itu keadaan restauran pada jam yang sangat padat. Penggunaan teknologi untuk mensupport kerja mereka juga satu terobosan yang menarik.

Karena dengan memadukan teknologi dengan pelayanan yang cepat juga rasa yang enak Resto ini masuk katagori rekomended meskipun tidak bisa di katakan murah ... :).

Menu rekomended kami :
1. Kangkung bumbu belacan.
2. Cumi saus telur asin.
3. Ikan Kue bakar kecap.
4. Cumi goreng tepung.

Me and Ling.

Marhaban ya Ramadhan......2008

Marhaban ya Ramadhan......Wah ...nggak terasa ya ... sudah satu tahun rupanya aku nggak nulis di blog ini.....terhitung dari November 2007 kemarin .....

Banyak sekali peristiwa yang terjadi selama kurun waktu December 2007 Hingga September 2007 ini.... baik yang bahagia maupun hal yang cukup menguras pikiran dan tenaga.....

The happiest moment antara lain :

1. Umbang atau panggilan sayang aku biasa panggil dia Botak meskipun nggak botak sama sekali adikku satu satunya akhirnya mengakhiri masa lajangnya dengan menyunting gadis Jakarta yang masih adik kelasku satu SMP di 212 di bulan July 2008. Selamat ya Bro ....

2. Ngajak Yu Sastro (My Second Mother after my real Mom) dan Nyokap untuk trip bareng ke beberapa tempat bisa terlaksana, reportasenya akan aku tulis di next travel story.

Tapi biarlah beberapa hal yang kurang menyenangkan cukup disimpan di lubuk hatiku yang paling dalam aja lah ... nggak usah di pikirin lagi .... cukup dirasakan di selesaikan dan diambil hikmahnya saja... Ciee ... gile juga ya ... sok puitis nih ....

Well apapun itu ... saatnya aku ngucapin buat diriku dan yang menunaikan ibadah puasa ...Selamat menjalankan ibadah puasa ya ...

cheers.