08 September 2008

Susahnya cari parkir di jl.Sabang sewaktu jam Buka Puasa

Jum'at 5 September 2008...

Hari ini aku janji jemput Ling dan Komang untuk ketemuan di Sabang selepas pulang kantor. Oh ya.... kami sedang kedatangan tamu dari Bali namanya Komang dia adiknya Irvan anak dari Tante Harni dan Om Nyoman yang tinggal di Bali. Sewaktu kami liburan ke Bali tahun 2006 lalu kami nginap di rumah Tante Harni.

Tante Harni sendiri adalah adik kandung dari Papa Cileduk, jadi masih sepupu langsung dengan Heldut. Komang sendiri ke Jakarta karena ada training dari kantornya dan dia memilih untuk stay dengan aku dan Ling ketimbang harus kos. Jadwal yang tadinya cuman 5 hari di Jakarta harus molor jadi 2 minggu atau lebih karena jadwal trainingnya berubah. Gak papalah sekalian mengenal kehidupan di Jakarta lebih dekat :).

Kembali ke hari Jum'at lalu, sore hari setelah jam kantor kira kira jam 5 an aku ngacir dari kantor karena kebetulan selama bulan Ramadhan ada dispensasi 30 menit lebih awal. Aku pacu si Katty melalui tol tangerang hingga kebun jeruk. Tidak ada hal yang istimewa yang bisa aku tulis selama perjalanan itu. Aku lebih banyak konsentrasi ke jalan dan mendengarkan radio yang kebanyakan menyiarkan program menjelang berbuka puasa.

Waku menunjukan jam 5:50, waktu aku sampai di perempatan Tanah Abang menuju kearah jl. Thamrin, setelah fly over Cideng. Hari itu lalu lintas cukup lancar tidak banyak hambatan yang berarti. Aku putuskan untuk berputar di jalan Jaksa, salah satu jalan yang dikenal dengan wisata malamnya karena masuk dalam sentra wisatawan manca negara. Selagi melintas aku lihat beberapa turis asing sedang asyik ngobrol dan beberapa sedang menawar barang. Ada juga seorang wisman wanita dengan rokok ditangan sedang membeli buah pada penjual rujak keliling.

Setelah sampai di ujung jalan jaksa atau pertigaan aku belok ke kanan melalui jalan Wahid Hasyim kearah Jl. Sabang. Lalu lintas kelihatan cukup padat dan memang harus sabar karena menjelang magrib. Aku tidak kaget karena memang sudah menduga jadi sudah aku siapkan diriku untuk bermacet ria. Hingga azan magrib tiba aku langsung membuka bekal teh kotak yang aku beli sebelumnya di Matahari bawah kantorku, alhamdulillah puasaku selesai hari itu.

Menjelang perempatan Sabang dan Agus salim aku harus berbelok kekanan karena Ling sudah menunggu ku di tempat biasa aku cetak photo. Setelah belok kanan rupanya perjuangan ku belum selesai. Aku nggak kebagian parkir, seluruh tepi kiri dan kanan sepanjang jalan Sabang penuh dengan orang yang berbuka puasa. Nggak heran memang karena Sabang merupakan salah satu sentra makanan di Jakarta.

Tulalit ...tulalit ...HP Fleksi ku berbunyi, kulihat nomor Ling tertera disana. "Pak Ambang dah sampe mana ?", suara nya di seberang sana. " Aku dah sampe di Sabang lagi cari parkir nih ?", Jawab ku singkat. "Ya udah aku tunggu ya ", jawabnya. "Ok, aku bisa lihat kamu kok ", jawab ku lagi. Aku memang melihat Ling sewaktu melewati toko tempat cetak foto kami.

Hingga di ujung jalan aku masih belum dapat parkir. Akhirnya aku harus berputar kembali melalui jalan Jaksa. Dan pengulangan lagi untuk bermacet ria di perempatan Wahid Hasyim, Agus Salim dan Sabang. Sebenarnya aku sudah melihat ada tempat parkiri di ujung jalan Sabang. Tapi aku nggak memanfaatkan kesempatan itu. Kupikir didepan masih akan ada lagi. Tapi rupanya perkiraanku meleset tidak ada lagi tempat parkir. Aku haru berputar lagi melalui jalan Jaksa .... cape deh....

Ini yang ketiga kalinya aku harus berputar lagi melalui Jalan yang sudah aku sebutkan tadi. Dan tulalit tulalit .... HP ku berbunyi lagi. Kulihat Ling di seberang HP nya. "Kamu sampe mana pak Ambang ?", kembali pertanyaan yang sama di ajukannya. "Aku masih cari parkir nih ", jawabku agak tinggi karena sedikit kesal dengan keadaan.

Di putaran yang ketiga ini, perempatan Agus Salim, Sabang dan Wahid Hasyim lebih padat lagi. Entah karena orang sudah mulai keluar atau karena hal apa. Tulalit ...tulalit.. HP ku berbunyi lagi ... dan nomor Ling sudah tertera di HP ku "Aku masih di perempatan", jawabku langsung sebelum Ling bertanya. "Ya udah buruan aku dah bookingin parkir buat kamu nih ", serunya. "Oh ya...dimana ?", jawab ku setengah tidak percaya. "Di depan toko tempat kita cetak foto, makanya buruan" jawabnya lagi. Waks... luar biasa istriku yang satu ini ngerti banget kesulitan suaminya.

Masalah parkir solve pikirku, tapi rupanya itu belum selesai. Sesampainya di perempatan kendaraan padat sekali. Kulihat kijang dengan pengendara wanita di belah kiriku dan di belakangku kijang dalam jarak yang rapat juga. Aku sedikit was-was karena dalam keadaan seperti ini biasanya pengendara wanita kurang punya perkiraan.

Aku coba untuk konsentrai ke jalan dengan jarak kendaraan yang rapat seperti ini amat di butuh kan perkiraan yang jitu. Dan hal yang aku kuatirkan terjadi, si Katty terasa di dorong-dorong dari sebelah kiri. Pengendara wanita di dalam kijang rupanya berusaha untuk masuk. Mungkin nggak mau keduluan kijang disebelahnya. Akibatnya si Katty didorong dorong, aku spontan membunyikan klakson. Kulihat si pengendara wanita tersebut cukup panik dan penumpang di sampingnya seperti meminta maaf. Ku buka jendela sambil berteriak "Sabar donk ... ". Kataku dengan nada tinggi. Tak lupa aku longok kearah belakang katty untuk melihat apakah si Katty cidera atau penyok. Meskipun si Katty baik baik saja tapi emosiku sudah terlanjur mulai naik.

Akhirnya aku terbebas dari umpel umpelan di perempatan jalan Sabang. Kemacetan lebih parah dari sebelumnya karena kulihat antrian mobil sudah panjang dan hampir mencapai ujung jalan Sabang. Hingga tiba di depan toko kulihat tukang parkir sudah ada di depan dan menanyaiku. "ini mobil yang di bilang ama si Encik ya Pak ", tanya nya. "Iya " Jawabku. Si tukang parkir langsung menyetop mobil didepan ku untuk memberi ruang aku masuk ke tempat parkir yang sudah disediakan. Akhirnya aku bisa parkir setelah satu jam harus berputar dan merasakan bermacet macet ria.

Hari itu aku Ling dan Komang makan soto ceker pak Gendut yang terletak nggak jauh dari tempat kami cetak foto. 3 Porsi soto Ceker, 2 teh manis dan 1 gelas jeruk seharga Rp.42.000,- untuk kami bertiga cukup menghiburku setelah penat bermacet ria ....

Indahnya Ramadhan....



0 Comments:

Post a Comment

<< Home